Laporan Praktikum
Bioteknologi
Pembuatan
Yoghurt
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum
Bioteknologi
Disusun oleh:
BANI NUGRAHA
Biologi VII/A
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
Pembuatan Yoghurt
A.
Tujuan
-
Membuat yoghurt
dengan bahan susu murni melalui proses fermentasi
-
Menjelaskan
prinsip proses fermentasi oleh bakteri
B.
Landasan Teori
Salah
satu metoda yang tertua dalam pengawetan susu adalah dengan jalan mengasamkannya
melalui proses fermentasi, diantaranya adalah dengan pembuatan yoghurt. Yoghurt
berasal kata yugurt dari bahasa Turki . Nama ini bervariasi di berbagai negara
(Tamime dan Deeth, 1980). Yoghurt adalah susu asam yang dihasilkan dari proses
fermentasi susu oleh campuran bakteri asam laktat thermophilic yaitu Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus . Kedua jenis bakteri ini bersama-sama membentuk rasa asam,
aroma yang khas serta komponen-komponen pembentuk cita rasa seperti aseton,
asetaldehida, diasetil dan senyawa karbonil lainnya (Helferich dan Westhoff,
1980). Asetaldehida merupakan komponen
terpenting dalam menentukan flavor yoghurt yang diproduksi oleh L.bulgaricus, produksi ini meningkat apabila
digabungkan dengan S. thermophilis
(Bottazi, 1983). Bergabungnya dua bakteri ini akan menghasilkan asam yang lebih
banyak dari pada digunakan sendiri sendiri. Keadaan ini disebabkan adanya
aktivitas proteolitik dari L . bulgaricus
yang menghasilkan valin yang dapat merangsang pertumbuhan dan produksi asam
dari S. termophilus dan sebaliknya. Sehingga,
sebagai akibat dari inokulasi kedua starter tersebut dimungkinkan terjadinya
degradasi laktosa dan produksi asam laktat yang berakibat pada penurunan pH dan
terbentuknya gumpalan yogurt. Degradasi laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
dengan sendirinya menurunkan potensi terjadinya intoleransi laktosa. Pada saat yang bersamaan, produksi asam laktat
mampu menghambat pertumbuhan patogen penyebab berbagai penyakit terkait pangan
(Indratininingsih dkk, 2004).
Yoghurt
telah dikenal dan digemari masyarakat Indonesia, sebagai minuman sehat
diantaranya anti diare karena dapat mencegah aktivitas dan pertumbuhan berbagi
bakteri patogen penyebab gastroenteritis yang dapat menyebabkan diare . Hal ini
karena bulgaricus mempunyai aktifitas
anti enterotoksin terhadap E.coli .
Yoghurt juga digunakan untuk diet dan lactose
intolerence yaitu untuk orang-orang yang alergi susu karena kadar
laktosanya (gula susu) yang rendah (Tamime dan Robinson,1989) Juga merupakan
sumber kalsium bagi penderita laktose
intolerence, ketersediaan kalsium dalam yoghurt lebih dapat dimanfaatkan dari
pada kalsium dalam bentuk lain (Tamime dan Robinson,1999) . Nilai asam yang
dihasilkan oleh bakteri meningkatkan kelarutan garam kalsium dan kalsium lebih
banyak diserap oleh tubuh (Renner,1988).
Yoghurt
dengan kualitas yang baik dihasilkan ketika perbandingan Lactobacilli dan Streptococci
pada produk akhir adalah 1 : 1 (Overby,1988) . Menurut Oberman (1985) jika
kedua bakteri asam laktat ini ditumbuhkan pada suhu 42° C, pada awal inkubasi S. thermophillus akan tumbuh lebih dulu
dan akan memproduksi asam laktat, asam asetat, asetaldehida dan asam format.
Adanya asam tersebut mengakibatkan penurunan pH dan merangsang pertumbuhan L. bulgaricus . Sebaliknya L. bulgaricus akan melepaskan asam amino
valin, histidin dan glisin yang dibutuhkan oleh S. thermophillus (Helferich dan Westhoff, 1980) .
C.
Metode
-
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan
yoghurt terdiri atas Wadah atau toples yang terbuat dari kaca, ember atau
baskom, Lap, Panci, sendok pengaduk, dan kompor gas.
Bahan yang digunakan terdiri atas susu sapi murni
dan starter atau yoghurt yang sudah jadi (youghrt
chimori plain).
-
Cara Kerja
1.
Susu dituangkan
pada panci dan panci ditempatkan di atas kompor
2.
Aduk dan
hangatkan susu hingga mencapai suhu 900C. Usahakan susu tidak sampai
mendidih, aduk terus menurus untuk mencegah susu tidak pecah. Pada saat suhu
susu telah mendekati suhu 900C, aduk lebih cepat untuk mencegah
mendidihnya susu
3.
Setelah susu
mencapai 900C, angkat panci dari kompor. Biarkan susu menjadi dingin
hingga suhu 500C sampai 550C. Pengadukan secara berkala
dapat menurukan waktu yang diperlukan untuk mendinginkan susu.
4.
Sambil menunggu
proses pendinginan susu, starter yoghurt dapat dibuat. Starter yoghurt dibuat
dengan menambahkan 1 bagian yoghurt komersial dengan 2 bagian susu.
5.
Tuangkan starter
yoghurt ke dalam wadah pembuatan yoghurt.
6.
Tuangkan susu
yang telah didinginkan ke dalam wadah, tutup rapat. Beri label kelompok dan
tanggal pembuatan.
7.
Tempatkan
campuran susu dan starter pada daerah yang hangat. Suhu ideal adalah (39-50)0C.
Biarkan selama 3-8 jam. Perbedaan suhu akan menghasilkan produk yang berbeda.
Suhu yang lebih tinggi akan menghasilkan youghrt yang lebih asam sedangkan yang
lebih dingin atau rendah akan menghasilkan youghrt kurang asam dan lebih
kental.
8.
Setelah 3 jam,
periksa apakah susu telah mengental. Bila sudah pindahkan ke dalam refrigator
dengan suhu 100C.
9.
Setelah 24-72
jam, periksa bau dan rasa dari youghrt yang dihasilkan. Bandingkan dengan
produk komersial yang ada.
D.
Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan terhadap yoghurt yang di buat pada praktikum bioteknologi adalah sebagai berikut ini.
Tabel 1. Pengamatan yoghurt yang
telah dibuat sebelum 3 jam proses inkubasi
Kelompok
5
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt
(starter dingin)
|
Tekstur
|
Belum
terjadi penggumapalan
|
|
Warna
|
Putih
kusam
|
|
Rasa
|
Susu
|
|
Bau
|
Sedikit
asam
|
|
|
||
Kelompok
2
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt (starter dipanaskan)
|
Tekstur
|
Belum
terjadi penggumapalan
|
|
Warna
|
Putih
kusam
|
|
Rasa
|
Susu
|
|
Bau
|
Yoghurt
|
Tabel 2. Pengamatan yoghurt yang
telah dibuat setelah 3 jam proses inkubasi pada suhu kamar
Kelompok
5
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt (starter dingin)
|
Tekstur
|
Encer
|
|
Warna
|
Putih
susu/tulang
|
|
Rasa
|
Susu/tidak masam
|
|
Bau
|
Susu
|
|
|
||
Kelompok
2
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt (starter dipanaskan)
|
|
Tekstur
|
Terdapat penggumpalan
|
|
Warna
|
Putih kusam
|
|
Rasa
|
-
|
|
Bau
|
Enak (wangi yoghurt)
|
Tabel 3. Pengamatan yoghurt yang
telah dibuat setelah 14 jam inkubasi (Hari
ke-1)
Kelompok
5
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt (starter dingin)
|
Tekstur
|
Kental
|
|
Warna
|
Putih susu
|
|
Rasa
|
-
|
|
Bau
|
Asam
|
|
|
||
Kelompok
2
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt (starter panas)
|
Tekstur
|
Sebagian kental dan cair
|
|
Warna
|
Putih susu
|
|
Rasa
|
-
|
|
Bau
|
Enak ( wangi yoghurt)
|
Tabel 4. Pengamatan yoghurt yang telah
dibuat (Hari ke-2)
Kelompok
5
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt (starter dingin)
|
Tekstur
|
Kental
|
|
Warna
|
Putih susu
|
|
Rasa
|
Susu
|
|
Bau
|
Susu
|
Tabel 5. Pengamatan yoghurt yang
telah dibuat (Hari ke-3)
Kelompok
5
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt (starter dingin)
|
Tekstur
|
Kental
|
|
Warna
|
Putih susu
|
|
Rasa
|
Rasa susu agak masam
|
|
Bau
|
Susu
|
Tabel 6. Pengamatan yoghurt yang
telah dibuat (Hari ke-4)
Kelompok
5
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt (starter dingin)
|
Tekstur
|
Kental dan cair
|
|
Warna
|
Putih tulang
|
|
Rasa
|
Asam
|
|
Bau
|
Asam
|
|
|
||
Kelompok
2
|
Parameter
yang diamati
|
Keadaan Yoghurt (starter panas)
|
Tekstur
|
Kental dan terdapat cairan warna kuning
|
|
Warna
|
Putih tulang
|
|
Rasa
|
Asam
|
|
Bau
|
Asam
|
Keterangan:
Yoghurt yang telah jadi tidak dilakukan pembekuan pada suhu 10oC
atau di masukkan kedalam lemari es
A
|
B
|
Gambar 1. Hasil
pembuatan yoghurt pada hari ke-1(A) dan hari ke-2 (B)
E.
Pembahasan
Dari
data hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembuatan yoghurt
dapat dinyatakan tidak terlalu berhasil. Hal tersebut terlihat adanya dua fasa
bentuk cairan yaitu fasa kental yang berada didasar sedangkan cairan berada
dipermukaan yang berwarna kuning. Cairan pada permukaan tersebut dapat
menandakan bahwa proses pasteurisasi susu telah gagal dalam membunuh semua
mikroorganisme yang bersifat patogen dan menurunkan kadar air dalam susu. Sehingga
pertumbuhan bakteri asam laktat yang dimasukan kedalam susu terhambat akibat
aktifitas bakteri lain yang merusak proses pembentukan asam laktat dari susu. Selain
itu, dapat juga disebabkan karena kurang sterilnya dalam proses pembuatan yang
menyebabkan tercemarnya susu yang sudah di pasteurisasi oleh bakteri lain yang
tidak di inginkan. Secara umum, karakteristik dari yoghurt adalah sebagai
berikut ini.
Dari
tabel tersebut terlihat yoghurt yang baik yang sesuai SNI adalah memiliki
penampakan/tekstur cairan kental, berbau khas seperti yoghurt, memiliki rasa
khas yoghurt/asam serta berwarna putih tulang. Sedangkan hasil yoghurt yang
telah dibuat memiliki tekstur kental dibawah permukaan dan cair di atas
permukaan, berbau tidak khas hanya sedikit asam, dan rasa asam namun tidak khas
seperti yoghurt.
Proses
pembuatan yoghurt secara umum meliputi beberapa tahap yaitu standarisasi komposisi
susu jika perlu (lemak, total solid ), pasteurisasi, penurunan suhu, inokulasi;
pengemasan, inkubasi, dan pendinginan. Penggunaan susu akan mempengaruhi hasil
yoghurt yang dihasilkannya sehingga diperlukan standarisasi terlebih dahulu.
Namun pembuatan dalam skala kecil, proses standarisasi ini tidak diperlukan
karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan dalam melakukan hal tersebut.
Proses
selanjutnya adalah pemanasan susu atau proses pasteurisasi susu. Pemanas susu
sebelum ditambahkan bibit merupakan suatu tahap yang penting. Pemanasan
biasanya dilakukan pada suhu 850C selama 30 menit. Namun dalam
pembuatan yoghurt yang telah dilakukan, proses pasteurisasi dilakukan selama 15
menit hingga mencapai suhu optimum 90oC dan dijaga agar tidak
mendidih. Tujuan pemanasan tersebut diantaranya : agar tidak banyak bakteri
yang hidup atau mengurangi pertumbuhan mikroba dan merusak bakteri patogen
dalam susu yang dapat mengalahkan bibit dan untuk menguapan sebagian air agar kekentalan
media (susu) sesuai untuk pertumbuhan bibit laktat.
Penurunan
suhu setelah proses pasteurisasi bertujuan membuat kondisi optimal bagi
pertumbuhan bakteri starter. Penurunan suhu dilakukan sampai mencapai 450C
atau (50-55)oC.
Proses
inokulasi starter merupakan pemberian mikroorganisma pada bahan dasar/susu yang
akan dibuat yoghurt. Inokulum yang digunakan sebanyak dua sampai tiga persen
campuran kultur L.bulgaricus dan S.thermophilus dengan perbandingan
satu-satu. Atau dapat juga menggunakan yoghurt kemasan yang telah jadi dan
tidak diberi rasa. Tujuannya yaitu diharapkan bakteri yang ada pada yoghurt
kemasan yang telah jadi dapat tumbuh pada media susu yang baru yang telah
disediakan.
Proses
kemasan merupakan tahapan dimana susu yang telah dicampur dengan bakteri asam
laktat dimasukan kedalam suatu wadah yang tertutup rapat sehingga tidak
memungkinkan udara masuk kedalamnya. Hal ini bertujuan agar proses fermentasi
dapat berlangsung dengan baik serta mencegah cemaran bakteri patogen yang
berasal dari udara.
Inkubasi
(pemeraman) dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi bakteri starter untuk
membentuk asam laktat sampai dicapai pH yang dikehendaki yaitu 4,4–4,5. Proses
Inkubasi atau fermentasi yoghurt bisa dilakukan pada suhu kamar ataupun pada
suhu 45 oC. Apabila suhu lebih tinggi dari suhu kamar maka aktivitas
mikrobapun akan semakin tinggi juga. Bila suhu pemeraman rendah maka dapat
tercemar jamur karena temperatur optimal untuk pertumbuhan jamur 200C–300C.
Inkubasi pada suhu ruang memerlukan waktu 14 sampai 16 jam, pada suhu 32 oC
waktu sekitar 11 jam, sedangkan inkubasi pada suhu 45oC hanya
memerlukan waktu sekitar 4 – 6 jam. Pemeraman yang terlalu lama dapat menyebabkan
pertumbuhan jamur karena makin lama pemeranan, keasaman yoghurt makin tinggi
sehingga dapat mematikan bakteri starter. Selain itu bila bila pada saat
pemeraman terkontaminasi baik oleh jamur, kapang maupun bakteri caliform maka kemampuan
bakteri starter untuk membentuk asam laktat berkurang dan yoghurt yang
dihasilkan kurang baik.
Selama
inkubasi, susu akan mengalami penggumpalan yang disebabkan menurunnya pH akibat
aktivitas kultur/bibit yang dimasukan yaitu dalam hal ini bakteri asam laktat. Dalam
prosesnya, pembuatan yoghurt ini
melibatkan dua bakteri asam laktat yang saling bekerja sama. Pada mulanya Steptococus menyebabkan penurunan pH
hingga 5.0 sampai 5.5 selanjutnya pH menurun hingga 3.8 sampai 4.5 karena
aktivitas Lactobacillus. Selain itu
selama inkubasi akan terbentuk flavor karena terbentuknya asam laktat,
asetaldehid, asam asetat dan diasetil.
Pendinginan
atau penyimpanan yoghurt pada suhu rendah setelah proses pemeraman selesai
yaitu setelah pH yoghurt mencapai 4,0–4,5 atau keasaman 0,85–0,90 persen dengan
konsistensi yang homogen dan bau dan rasa yang khas. Selama penyimpanan setelah
inkubasi, yoghurt mengalami penurunan pH secara terus menerus. Penyimpanan pada
suhu yang lebih tinggi akan mempercepat penurunan pH yoghurt. Oleh karena itu
untuk mempertahankan cita rasa dan aroma, yoghurt hasil fermentasi harus disimpan
ditempat dingin atau dapat juga dipasteurisasi untuk menghambat aktivitas
mikroba dalam yoghurt. Proses pendinginan atau penyimpanan di tempat dingin
seperti lemari es dilakukan bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi
lebih lanjut dan pendinginan dilakukan pada suhu 50C. Proses pendinginan
tetap dilakukan selama belum akan digunakan atau dikonsumsi karena apabila
yoghurt tidak disimpan pada suhu rendah akan mengalami proses fermentasi
sehingga keasaman yoghurt menjadi sangat
tinggi sekali dan keadaan ini tidak disukai oleh konsumen. Selain keasaman yang
tinggi, kemungkinan yoghurt juga akan cepat mengalami kerusakan.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan hasil pembuatan yoghurt yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa yoghurt yang dihasilkan tidak memenuhi
keadaan standar yoghurt baik dari segi rasa, bau, warna serta tekstur. Secara umum yoghurt yang dihasilkan memiliki tekstur
kental dibawah permukaan dan cair di atas permukaan, berbau tidak khas hanya
sedikit asam, warna bagian permukaan bawah yang kental putih sedangkan permukaan
atas kuning dan memiliki rasa asam namun tidak khas seperti yoghurt. Hal
tersebut terjadi dapat disebabkan karena kurang kehati-hatian dalam menjaga
bahan agar tetap steril. Akibatnya pertumbuhan bakteri asam laktat terganggu
oleh kehadiran bakteri lain selain bakteri asam laktat.
Daftar Pustaka
Botazzi, V. 1983. Other fermented dairy product. In : Biotechnology : Food and Feed
Production with Microorganisms . Vol 5. Verlag Chemie, Florida .
Helferich, W. and D.C. Westhoff. 1980. All Abaout
Yoghurt. Prentice-Hall Inc, New York .
Indratininingsih., Widodo.,
Salasia, Siti Isrima Oktavia., dan Wahyuni, Endang. 2004. Produksi yoghurt
shiitake (yoshitake) sebagai pangan kesehatan berbasis susu. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.
Vol. XV, No. 1.
Oberman, H. 1985. Fermented milks. In : microbioloy of Fermented Foods vol
2 . Elsiever applied science Publishers, England.
Overby, A .j. 1988. Microbial cultures for milk
processing. In : Meat Science, Milk
Science and Technology . Elsiever science Publishers B .V, New york .
Renner, E. 1984. Milk in Human nutrition. In : Meat
Science, Milk Science and Technology . Elsiever science Publishers B .V, New
york.
Tamine, A . Y. and R.K . Robinson. 1999. Yoghurt :
Science and Technology. 2 nd Ed, Woodhead Publishing Ltd, England.
Tamine, A .Y . and H.C. Deeth. 1980. Yoghurt,
technology and biochemistry. J. Food Protect . 43 (12) : 937-977.
Wahyudi, M. 2006. Proses Pembuatan Dan Analisis Mutu
Yoghurt. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 11 No. 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar