Proposal
Penelitian Kecil Fisiologi Hewan
Pengaruh
Pemberian Daun Carica papaya terhadap
Kadar Hb Rattus norvegicus
Kelompok
2
Ketua :
Hidayati Gusriani S
Nim :
1210702030
Anggota : Citra Ningrum (1210702010)
Bani Nugraha (1210702008)
Habibullah (12107020
Jurusan
Biologi
Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2012
I.
Pendahuluan
a. Latar
belakang
Dewasa ini, gaya hidup
manusia semakin menjauhi dara sehat. Sejalan dengan gaya hidup, banyak hal
negative yang terjadi. Kadar haemoglobin seseorang biasanya rendah, dan mereka
baru mengetahuinya ketika diadakan pemeriksaan. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan
zat besi yang kurang. Zat besi bisa didapatkan dari bahan pangan disekotar
kita. Yang paling mudah diserap dalam tubuh adalah zat besi dari hewani. Misal
hati sapi atau ayam dan bahkan hati domba. Namun tidak semua orang mampu
mengkonsumsi bahan pangan yang bersumber dari hewani akibat faktor ekonomi.
Sejatinya, di masyarakat telah dikenal sumber zat besi nabati. Yaitu daun
papaya dan daun singkong. Daun papaya mengandung zat besi 0,8 mg per 100 mL.
Daun pepaya lebih mudah
didapat di lingkungan, sehingga daun pepaya bisa menjadi alternatif sumber zat
besi. Selain murah, daun pepaya mengandung zat besi cukup tinggi. Juga
mengandung bahan-bahan lain yang kadarnya cukup tinggi.
b. Tujuan
Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian daun Singkong dan
Pepaya terhadap Kadar haemoglobin mencit.
c. Hipotesis
Daun
papaya dan singkong memiliki pengaruh terhadap kadar haemoglobin
II.
Tinjauan Pustaka
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko Selatan dan Amerika
Selatan bagian utara. Secara alami tanaman pepaya berasal dari persilangan yang
melibatkan Carica peltata Hook & Arn (Villegas, 1997).
Tanaman pepaya termasuk dalam famili Caricaceae. Famili ini
memiliki empat genus yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta, dan Cyliocomorpha. Menurut
Nakasone dan Paull (1998), genus Carica diketahui memiliki 21 spesies salah
satunya adalah Carica papaya. Tanaman pepaya banyak ditanam di daerah
tropis walaupun sebenarnya dapat tumbuh di daerah sub-tropis.
Pepaya merupakan tanaman perdu yang semua bagiannya mengandung getah
(Samson, 1980). Buah pepaya tergolong ke dalam tipe buah buni, yaitu karakteristik
buahnya antara lain memiliki kulit luar yang tipis, daging buah tebal dengan
rongga besar di tengah, dan berasal dari bakal buah yang menumpang.
Tanaman pepaya memiliki daun yang tersusun spiral melingkari
batang, bersifat
dioecious, dan pada umumnya batang tidak bercabang. Tanaman pepaya memiliki
tiga macam bunga, yaitu bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit
(Villegas, 1997). Ketiga tipe bunga ini biasanya terdapat pada pohon yang
berbeda. Bunga jantan adalah bunga yang hanya memiliki benang sari. Ovarium atau
bakal buah mengalami rudimenter sehingga tidak menghasilkan buah. Bunga jantan
berbentuk tabung ramping, panjangnya sekitar 2.5 cm, memiliki lima helai
mahkota bunga berukuran kecil, dan memiliki 10 benang sari yang melekat pada
leher tabung (Kalie, 2005). Pepaya jantan dikenal juga dengan sebutan pepaya Gantung.
Ashari (1995) menjelaskan bahwa bunga betina tanaman pepaya
bersifat uniseksual dengan kepala putik yang fungsional. Bunga betina berukuran
agak besar dengan bakal buah membulat. Kalie (2005) menambahkan bahwa bunga ini
memiliki lima pistillum (putik) yang membentuk alur pada buah.
Klasifikasi Pepaya (Carica papaya)
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Violales
Suku : Caricaceae
Marga : Carica
Jenis : Carica papaya L (Dasuki, 1991).
Kandungan Kimia Pepaya
(Carica papaya)
Menurut
Kumalaningsih (2006), pepaya adalah buah tropis yang merupakan sumber
vitamin C yang baik, sehingga mampu mencegah kerusakan sel yang disebabkan
oleh zat radikal bebas. Pepaya selain sebagai antioksidan yang baik juga
memiliki kandungan serat yang halus sehingga baik dikonsumsi oleh kalangan
balita sampai lanjut usia. Yayasan Kanker Internasional pada tahun 1997
melaporkan tentang manfaat vitamin C dan karoten yang banyak terdapat dalam
pepaya mampu membantu mencegah kanker.Berikut adalah kandungan buah pepaya
masak untuk tiap 100 g:
Zat Aktif Komposisi
|
|
Vitamin C
|
78 mg
|
Vitamin B1
|
0,04 mg
|
Kalsium
|
23 mg
|
Fosfor
|
12 mg
|
Besi
|
1,7 mg
|
Protein
|
0,5 mg
|
Air
|
86,7 gr
|
Hidrat arang
|
12,2 gr
|
Kalori
|
46 kal
|
Selain zat di atas
dalam buah pepaya juga terdapat karoten
yaitu pigmen warna
kuning dan orange. Salah satu anggota senyawa karoten yang banyak dikenal adalah beta-karoten, yaitu senyawa yang akan
dikonversikan jadi vitamin A (retinol) oleh
tubuh. Kandungan vitamin A dalam pepaya akan semakin banyak jika buah pepaya memiliki warna yang lebih merah
karena warna merah disebabkan oleh
karoten yang ada dalam buah papaya beta-karoten
pada buah pepaya juga berperan sebagai
antioksidan (Hariya, 2007).
Tubuh tikus
tertutupi bulu dan lambung tikus terdiri dari dua bagian yaitu nonglandular dan
glandular serta memiliki small intestin0e yang terdiri dari duedenum, jujenum dan ileum.
Pada umur 2 bulan berat badan dapat mencapai
200-300 gram (Kusumawati, 2004).
Mitruka (1981) dan Loeb
(1989) dalam Kusumawati (2004), menyatakan bahwa gambaran hematologi leukosit tikus (Rattus
novergicus) sebagai berikut :
leukosit = 3000-15000
/mm, basofil = 0-4000/ mm,
neutrofil= 1100-4000/ mm, limfosit = 4000-10000/ mm, eosinofil
= 0-80/ mm dan monosit = 0-100 mm.
Klasifikasi tikus
Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Mamalia
Ordo :
Rodentia
Family :
Muridae
Subfamili : Murinae
Genus :
Rattus
Spesies :
Rattus norvegicus.
III.
Objek penelitian dan cara kerja
Objek penelitian adalah tikus putih atau Rattus novergicus.
Adapun cara
kerja yang dilakukan adalah dengan mengisolasi tikus putih dan memberinya makan
daun papaya dengan dosis 120 Mg/KgBB. Pertama, haemoglobin tikus putih tersebut
diukur dengan Hb Sahli, Kedua ekor dipegang sampai pangkal ekor. Kemudian
telapak tangan menggenggam melalui bagian belakang tubuh dengan jari telunjuk
dan jempol secara perlahan diletakkan dismping kiri dan kanan leher. Tangan
yang lainnya membantu dengan menyangga dibawahnya, atau tangan lainnya dapat
digunakan untuk menyuntik.
Gambar
3. Cara memegang tikus untuk dilakukan injeksi ip.
Gambar
4. cara memegang tikus
a) Penandaan
(identifikasi) hewan laboratorium.
Beberapa
cara penandaan hewan lab. Dilakukan untuk mengetahui kelompok hewan yang
diperlakukan berbeda dengan kelompok lain. Penandaan ini dapat dilakukan secara
permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis), sehingga tanda tersebut
tidak mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting bernomor), tatoo pada ekor,
melubangi daun telinga dan elektronik transponder.
b) Pengambilan
darah
Pada
umumnya pengambilan darah terlalu banyak pada hewan kecil dapat menyebabkan
shok hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi bila
dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga dapat menyebabkan
anemia. Pada umumnya pengambilan darah dilakukan sekitar 10% dari total volume
darah dalam tubuh dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1% dengan
interval 24 jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari bobot badan.
Diperkirakan pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar setengah dari
total volume darah. Contohnya: Bobot 300g, total volume darah 22,5 ml, maksimum
pengambilan darah 2,25 ml, maka pemberian exsanguination 11,25 ml.
Pengambilan
darah harus menggunakan alat seaseptik mungkin. Untuk meningkatkan
vasodilatasi, perlu diberi kehangatan pada hewan tersebut, misalnya taruh dalam
ruangan dengan suhu 40oC selama 10-15 menit, dengan mememasang lampu
pemanas dalam ruangan tersebut.
Pengambilan
darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu:
-
vena lateral dari ekor
-
bagian ventral arteri
ekor
-
sinus orbitalis mata
-
vena saphena (kaki)
-
anterior vena cava
-
langsung dari jantung.
Sedangan
tempat atau lokasi untuk injeksi, volume sediaan dan ukuran jarum adalah
sebagai berikut:
|
IV
|
IP
|
IM
|
SC
|
Oral
|
Lokasi
|
Lateral ekor dan vena
saphena
|
|
Otot quadricep, bag.
Belakang paha
|
Belakang leher
|
|
Volume
|
0,5 ml
|
5-10 ml
|
0,1 ml
|
5-10 ml
|
5-10 ml/Kg
|
Ukuran
jarum
|
<23 guage
|
<21gauge
|
<21gauge
|
<20 gauge
|
Jarum tumpul 18-20
guage
|
IV.
Rancangan
Penilitian
a)
Subjek
penelitian
Subjek
penelitian yang digunakan adalah Tikus Putih.
Tikus putih termasuk mamalia dan memiliki struktur organ yang mirip
dengan manusia. Sehingga bisa dijadikan sampel uji untuk penelitian.
b) Waktu
Penelitian
Penelitian
ini di lakukan selama dua minggu. Menurut jurnal penelitian tentang pengaruh
kurma terhadap haemoglobin, waktu minimum untuk mendapatkan hasil yang terlihat
adalah 60 hari. Namun dengan meningkatkan dosis diharapkan bisa memberikan
pengaruh dalam rentang waktu 2 minggu.
c) Tempat
Penelitian
Penelitian
dilakukan di Laboratorium Biologi yang berada di Al-Jawami Cileunyi.
d) Lama
Tindakan
Pemberian pakan pada
spesimen uji adalah 2 kali 24 jam, dengan dosis 120mg/kgBB
V.
Jadwal Penelitian
Senin 14 Mei 2012 penghitungan kadar Hb
mencit
15-29 Mei 2012 dimulai perlakuan dengan memberi makan
masing-masing spesimen, salah satu dipakai sebagai kontrol diberi makanan
cracker
Rabu 30 mei kadar Hb mencit dihitung
kembali.
Data kemudian diolah
VI.
Rancangan Anggaran
Penelitian
Tikus putih 2 ekor @ Rp.8000 Rp.16.000
Hb Sahli -
Daun Pepaya Muda -
Cracker dll Rp.5.000
Na Sitrat -
Jarum Suntik 0.5mL -
Total Rp.
21.000
VII.
Daftar Pustaka
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan
Coba. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Rikayustika. 2008. Pemberian Obat Pada
Mencit. <rikayustika12.blogspot.com>. [07 Mei 2012