Powered By Blogger

Sabtu, 15 Maret 2014

Proposal Penelitian Kecil Fisiologi Hewan Pengaruh Pemberian Daun Carica papaya terhadap Kadar Hb Rattus norvegicus

Proposal Penelitian Kecil Fisiologi Hewan
Pengaruh Pemberian Daun Carica papaya terhadap Kadar Hb Rattus norvegicus
Kelompok 2
Ketua                                                   : Hidayati Gusriani S
Nim                                                      : 1210702030
Anggota                                               :  Citra Ningrum (1210702010)
                                                               Bani Nugraha (1210702008)
                                                               Habibullah (12107020



Jurusan Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2012

I.                    Pendahuluan
a.       Latar belakang
Dewasa ini, gaya hidup manusia semakin menjauhi dara sehat. Sejalan dengan gaya hidup, banyak hal negative yang terjadi. Kadar haemoglobin seseorang biasanya rendah, dan mereka baru mengetahuinya ketika diadakan pemeriksaan. Hal ini dapat disebabkan oleh asupan zat besi yang kurang. Zat besi bisa didapatkan dari bahan pangan disekotar kita. Yang paling mudah diserap dalam tubuh adalah zat besi dari hewani. Misal hati sapi atau ayam dan bahkan hati domba. Namun tidak semua orang mampu mengkonsumsi bahan pangan yang bersumber dari hewani akibat faktor ekonomi. Sejatinya, di masyarakat telah dikenal sumber zat besi nabati. Yaitu daun papaya dan daun singkong. Daun papaya mengandung zat  besi 0,8 mg per 100 mL.
Daun pepaya lebih mudah didapat di lingkungan, sehingga daun pepaya bisa menjadi alternatif sumber zat besi. Selain murah, daun pepaya mengandung zat besi cukup tinggi. Juga mengandung bahan-bahan lain yang kadarnya cukup tinggi.
b.      Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian daun Singkong dan Pepaya terhadap Kadar haemoglobin mencit.
c.       Hipotesis
Daun papaya dan singkong memiliki pengaruh terhadap kadar haemoglobin












II.                 Tinjauan Pustaka
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko Selatan dan Amerika Selatan bagian utara. Secara alami tanaman pepaya berasal dari persilangan yang melibatkan Carica peltata Hook & Arn (Villegas, 1997).
Tanaman pepaya termasuk dalam famili Caricaceae. Famili ini memiliki empat genus yaitu Carica, Jarilla, Jacaranta, dan Cyliocomorpha. Menurut Nakasone dan Paull (1998), genus Carica diketahui memiliki 21 spesies salah satunya adalah Carica papaya. Tanaman pepaya banyak ditanam di daerah tropis walaupun sebenarnya dapat tumbuh di daerah sub-tropis.
Pepaya merupakan tanaman perdu yang semua bagiannya mengandung getah (Samson, 1980). Buah pepaya tergolong ke dalam tipe buah buni, yaitu karakteristik buahnya antara lain memiliki kulit luar yang tipis, daging buah tebal dengan rongga besar di tengah, dan berasal dari bakal buah yang menumpang.
Tanaman pepaya memiliki daun yang tersusun spiral melingkari batang, bersifat
dioecious, dan pada umumnya batang tidak bercabang. Tanaman pepaya memiliki tiga macam bunga, yaitu bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit (Villegas, 1997). Ketiga tipe bunga ini biasanya terdapat pada pohon yang berbeda. Bunga jantan adalah bunga yang hanya memiliki benang sari. Ovarium atau bakal buah mengalami rudimenter sehingga tidak menghasilkan buah. Bunga jantan berbentuk tabung ramping, panjangnya sekitar 2.5 cm, memiliki lima helai mahkota bunga berukuran kecil, dan memiliki 10 benang sari yang melekat pada leher tabung (Kalie, 2005). Pepaya jantan dikenal juga dengan sebutan pepaya Gantung.
Ashari (1995) menjelaskan bahwa bunga betina tanaman pepaya bersifat uniseksual dengan kepala putik yang fungsional. Bunga betina berukuran agak besar dengan bakal buah membulat. Kalie (2005) menambahkan bahwa bunga ini memiliki lima pistillum (putik) yang membentuk alur pada buah.
                       




 Klasifikasi Pepaya (Carica papaya)
Divisi                : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Bangsa             : Violales
Suku                : Caricaceae
Marga              : Carica
Jenis                 : Carica papaya L (Dasuki, 1991).

Kandungan Kimia Pepaya (Carica papaya)
Menurut Kumalaningsih (2006), pepaya adalah buah tropis yang  merupakan sumber vitamin C yang baik, sehingga mampu mencegah kerusakan  sel yang disebabkan oleh zat radikal bebas. Pepaya selain sebagai antioksidan  yang baik juga memiliki kandungan serat yang halus sehingga baik dikonsumsi oleh kalangan balita sampai lanjut usia. Yayasan Kanker Internasional pada tahun 1997 melaporkan tentang manfaat vitamin C dan karoten yang banyak terdapat dalam pepaya mampu membantu mencegah kanker.Berikut adalah kandungan buah pepaya masak untuk tiap 100 g:

Zat Aktif Komposisi
Vitamin C
78 mg
Vitamin B1
0,04 mg
Kalsium
23 mg
Fosfor
12 mg
Besi
1,7 mg
Protein
0,5 mg
Air
86,7 gr
Hidrat arang
12,2 gr
Kalori
46 kal

Selain zat di atas dalam buah pepaya juga terdapat  karoten yaitu pigmen warna kuning dan orange. Salah satu anggota senyawa karoten yang banyak dikenal adalah beta-karoten, yaitu senyawa yang akan dikonversikan jadi vitamin A (retinol) oleh tubuh. Kandungan vitamin A dalam pepaya akan semakin banyak jika buah pepaya memiliki warna yang lebih merah karena  warna merah disebabkan oleh karoten yang ada dalam buah papaya beta-karoten pada buah pepaya juga  berperan sebagai antioksidan (Hariya, 2007).
            Tubuh tikus tertutupi bulu dan lambung tikus terdiri dari dua bagian yaitu nonglandular dan glandular serta memiliki small intestin0e yang terdiri dari duedenum, jujenum dan ileum. Pada umur 2 bulan berat badan dapat mencapai 200-300 gram (Kusumawati, 2004).
Mitruka (1981) dan Loeb (1989) dalam Kusumawati (2004), menyatakan  bahwa gambaran hematologi leukosit tikus (Rattus novergicus) sebagai berikut :
leukosit = 3000-15000 /mm, basofil = 0-4000/ mm, neutrofil= 1100-4000/ mm, limfosit = 4000-10000/ mm, eosinofil = 0-80/ mm dan monosit = 0-100 mm.

Klasifikasi tikus
Kerajaan          : Animalia
Filum                : Chordata
Kelas               : Mamalia
Ordo                : Rodentia
Family : Muridae
Subfamili          : Murinae
Genus               : Rattus
Spesies             : Rattus norvegicus.

III.               Objek penelitian dan cara kerja
Objek penelitian adalah tikus putih atau Rattus novergicus.
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah dengan mengisolasi tikus putih dan memberinya makan daun papaya dengan dosis 120 Mg/KgBB. Pertama, haemoglobin tikus putih tersebut diukur dengan Hb Sahli, Kedua ekor dipegang sampai pangkal ekor. Kemudian telapak tangan menggenggam melalui bagian belakang tubuh dengan jari telunjuk dan jempol secara perlahan diletakkan dismping kiri dan kanan leher. Tangan yang lainnya membantu dengan menyangga dibawahnya, atau tangan lainnya dapat digunakan untuk menyuntik.
                        Description: http://www.all-creatures.org/wlalw/rat-01.jpg
Gambar 3. Cara memegang tikus untuk dilakukan injeksi ip.
            Description: http://www.ahc.umn.edu/rar/restraint/rhold.jpg
Gambar 4. cara memegang tikus
a)      Penandaan (identifikasi) hewan laboratorium.
Beberapa cara penandaan hewan lab. Dilakukan untuk mengetahui kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan kelompok lain. Penandaan ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang (kronis), sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang. Yaitu : dengan ear tag (anting bernomor), tatoo pada ekor, melubangi daun telinga dan elektronik transponder.
b)      Pengambilan darah
Pada umumnya pengambilan darah terlalu banyak pada hewan kecil dapat menyebabkan shok hipovolemik, stress dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tetapi bila dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga dapat menyebabkan anemia. Pada umumnya pengambilan darah dilakukan sekitar 10% dari total volume darah dalam tubuh dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1% dengan interval 24 jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Diperkirakan pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar setengah dari total volume darah. Contohnya: Bobot 300g, total volume darah 22,5 ml, maksimum pengambilan darah 2,25 ml, maka pemberian exsanguination 11,25 ml.
Pengambilan darah harus menggunakan alat seaseptik mungkin. Untuk meningkatkan vasodilatasi, perlu diberi kehangatan pada hewan tersebut, misalnya taruh dalam ruangan dengan suhu 40oC selama 10-15 menit, dengan mememasang lampu pemanas dalam ruangan tersebut.
Pengambilan darah dapat dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu:
-         vena lateral dari ekor
-         bagian ventral arteri ekor
-         sinus orbitalis mata
-         vena saphena (kaki)
-         anterior vena cava
-         langsung dari jantung.

Sedangan tempat atau lokasi untuk injeksi, volume sediaan dan ukuran jarum adalah sebagai berikut:

IV
IP
IM
SC
Oral
Lokasi
Lateral ekor dan vena saphena

Otot quadricep, bag. Belakang paha
Belakang leher

Volume
0,5 ml
5-10 ml
0,1 ml
5-10 ml
5-10 ml/Kg
Ukuran jarum
<23 guage
<21gauge
<21gauge
<20 gauge
Jarum tumpul 18-20 guage




IV.              Rancangan Penilitian
a)      Subjek penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah Tikus Putih.  Tikus putih termasuk mamalia dan memiliki struktur organ yang mirip dengan manusia. Sehingga bisa dijadikan sampel uji untuk penelitian.
b)      Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan selama dua minggu. Menurut jurnal penelitian tentang pengaruh kurma terhadap haemoglobin, waktu minimum untuk mendapatkan hasil yang terlihat adalah 60 hari. Namun dengan meningkatkan dosis diharapkan bisa memberikan pengaruh dalam rentang waktu 2 minggu.
c)      Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi yang berada di Al-Jawami Cileunyi.
d)      Lama Tindakan
Pemberian pakan pada spesimen uji adalah 2 kali 24 jam, dengan dosis 120mg/kgBB

V.                 Jadwal Penelitian
Senin 14 Mei 2012 penghitungan kadar Hb mencit
15-29 Mei  2012 dimulai perlakuan dengan memberi makan masing-masing spesimen, salah satu dipakai sebagai kontrol diberi makanan cracker
Rabu 30 mei kadar Hb mencit dihitung kembali.
Data kemudian diolah          

VI.              Rancangan Anggaran Penelitian
Tikus putih 2 ekor @ Rp.8000       Rp.16.000
Hb Sahli                                                     -
Daun Pepaya Muda                                    -
Cracker dll                                     Rp.5.000
Na Sitrat                                                    -
Jarum Suntik 0.5mL                                    -
Total                                              Rp. 21.000

VII.            Daftar Pustaka
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Rikayustika. 2008. Pemberian Obat Pada Mencit. <rikayustika12.blogspot.com>. [07 Mei 2012

Praktikum Anatomi Perkembangan Tumbuhan

LAPORAN
Praktikum Anatomi Perkembangan Tumbuhan
BAGIAN-BAGIAN YANG HIDUP DI DALAM SEL
&
BAGIAN-BAGIAN YANG TIDAK HIDUP DI DALAM SEL

Nama : Bani Nugraha
Nim : 1210702008
Tanggal Praktikum : 16 Maret 2011
Tanggal Pengumpulan : 23 Maret 2011

Description: logo-uin-sunan-gunung-djati-bandung _baru.jpg

JURUSAN BIOLOGI SAINS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SGD BANDUNG
2012
I.                  PENDAHULUAN
Tujuan

Melihat sel dengan bagian-bagian yang hidup
Mengenal benda-benda tidak hidup di dalam sel (misal, amilum, butir aleuron, dan kristal Ca-Oksalat)

Dasar Teori
Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari mahluk hidup.Ilmu yang mempelajari tentang sel adalah sitologi. Susunan sel yang teratur karena dihasilkan oleh adanya pembelahan sel yang teratur. namun sebagian besar tidak menunjukkan keteraturan melalui kelompok sel yang kompak dan yanng tidak kompak (renggang) sehingga terbentuk ruang antar sel akibat pemisahan dinding sel (sizogen) dan mungkin akibat dari beberapa sel yang larut (lisigen). Bentuk sel yang bebas, atau sel yang baru dibentuk dan terisolasi cenderung berbentuk bulatan, lalu karena adanya tekanan dari sel-sel yang lain maka bentuk sel mulai terdiferensiasi. Sel tumbuhan terdiri dari bagian yang hidup dan bagian yang mati. Bagian yang hidup adalah inti dan organel pada sitoplasma dan bagian yang mati adalah dinding sel dan benda-benda ergastik (Kusnadi, 2007).
Didalam sel terdapat bagian-bagian yang tidak hidup atau biasa disebut dengan istilah benda ergastik. Benda ergastik dibagi menjadi dua jenis, yaitu benda ergastik padat dan benda ergastik cair. Yang termasuk kedalam benda ergastik padat, yaitu amilum, aleuron, kristal Ca-Oksalat. Sedangkan yang termasuk kedalam benda ergastik cair, yaitu asam organik, karbohidrat, lemak, protein, zat penyamak, antosianin, alkaloid, minyak atsiri, dan terpentin. Amilum mempunyai rumus empiris (C6H10O5)n, berupa karbohidrat atau polisakarida yang berbentuk tepung disebut amiloplas, dapat dibedakan menjadi leukoamiloplas yang berwarna putih dan menghasilkan tepung cadangan makanan dan kloroamiloplas berwarna hijau dan menghasilkan tepung asimilasi. Aleuron ditemukan pada endosperm yang mengering. Prosesnya : keringnya biji, yang berarti mengeringnya endosperm menjadi semakin sedikit sehingga konsentrasi konsentrasi zat-zat yang terlarut seperti putih telur, garam dan lemak akan smakin besar, kemudian vakuola pecah  hal ini akan terus berlangsung hingga vakuola pecah menjadi kecil-kecil yang mengandung zat-zat yang mengkristal yang disebut aleuron. Kristal yang terdapat  pada tumbuahn merupakan hasil akhir dari metabolisme, umumnya terbentuk dari kristal Ca-oksalat yang diendapkan. Kristal tersebut tidak larut dalam asam cuka namun larut dalam asam kuat (Kimball, 1983).
Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut membran plasma dan daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Setiap sel, pada tahap tertentu dalam hidupnya, mengandung DNA sebagai materi yang dapat diwariskan dan mengarahkan aktivitas sel tersebut. Selain itu, semua sel memiliki struktur disebut ribosom yang berfungsi dalam pembuatan protein yang akan digunakan sebagai katalisbanyak reaksi kimia dalam sel tersebut (Danarti, 1998).
Benda ergastik adalah bahan non protoplasma, baik organik maupun anorganik, sebagai hasil metabolisme yang berfungsi untuk pertahanan, pemeliharaan struktur sel, dan juga sebagai penyimpanan cadangan makanan, terletak di baigan sitoplasama, dinding sel, maupun di vakuola. Dalam sel benda ergastik dapat berupa karbohidrat (amilum), protein (aleuron dan gluten), lipid (lilin, kutin, dan suberin), dan Kristal (Kristal ca-oksalat dan silika). Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa benda ergastik memiliki banyak fungsi untuk sel, misalnya penyimpanan cadangan makanan, contohnya amilum; pemeliharaan struktur (lilin) dan perlindungan, misalnya adanya Kristal Ca oksalat dalam suatu jaringan tumbuhan dapat menyebabkan reaksi alergi bagi hewan yang memakannya, sehingga hewan tersebut tidak akan bernafsu menyentuhnya untuk yang kedua kali (Priyandoko, 2004)

Pada sel mati tidak dijumpai adanya organel-organel, di dalam sel hanya berupa ruangan kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup. Sel menjadi mati disebabkan karena berbagai faktor, misalnya faktor genetik maupun faktor lingkungan. Sedangkan yang akan dibahas dalam praktikum ini adalah sel mati karena faktor genetik, maksudnya sel tersebut mati karena telah mencapai umur yang memang telah ditentukan secara genetik. Sel-sel tersebut memang dalam perkembangannya terspesialisasi untuk menjadi suatu sel mati, yang memiliki fungsi tertentu dalam bagi tumbuhan. Misalnya sel-sel xilem-xilem yang akan bersifat mati secara khusus berguna untuk pengangkutan unsur mineral dari dalam tanah ke daun (Wilkins, 1992)
II.               METODE

Alat dan Bahan
NO
ALAT
BAHAN
1
Pipet Tetes Kecil
Rhoe discolor (Sosongkokan)
2
Mikroskop
Spirogyra sp.
3
Cutter
Biji Ricinus communis (Jarak)
4
Kaca Penutup
Biji Zea mays (Jagung)
5
Kaca Objek
Tuber solanum tuberosum (Kentang)
6
Silet
Begonia sp.
7
Pipet Tetes Kecil


Prosedur KerjaText Box: Buat preparat dari masing-masing bahan
 

Amati bagian-bagian yang hidup dan tidak hidup pada sel dari masing bahan yang digunakan

 
Pada kentang diamati bentuk amilumnya

 
Pada biji jarak diamati bagian aleuronnya
 

Pada jagung diamati bagian amilum dan aleuronnya
 

Pada begonia diamati kristal yang terdapat pada sel korteks











          





III.           HASIL

Preparat Rhoe discolor (10x16)
Description: C:\Users\Nugraha\Documents\anggie\anpertum 2\roheo 16x10.jpg
                                                    
 






                          
                    Preparat Spyrogira (10x16)               
Description: C:\Users\Nugraha\Documents\anggie\anpertum 2\spirogyra 2.jpg                                                                                                   
 







                           Preparat Biji Ricinus communis (Jarak)
Description: C:\Users\Nugraha\Documents\anggie\anpertum 2\jarak melintang 10x10.jpg










Preparat Biji Zea mays (Jagung)
Description: C:\Users\Nugraha\Documents\anggie\anpertum 2\jagung mlintang 16.jpg







Preparat Tuber solanum tuberosum (Kentang)
Description: C:\Users\Nugraha\Documents\anggie\anpertum 2\kentang 10x.jpg                                                                         

 






Preparat   Begonia sp.
Description: C:\Users\Nugraha\Documents\anggie\anpertum 2\bgonia mlintg 16x.jpg                                                                                   

 










IV.            PEMBAHASAN

Tabel 1. Pengamatan Bagian Hidup Dalam Sel
Preparat
Bagian bagian yang hidup
Kloroplas
Stomata
Dinding sel
Rhoeo discolor
-
x
x
Spirogyra sp.
x
-
-

Tabel 2. Pengamatan Bagian Tak Hidup Dalam Sel
Preparat
Bagian bagian yang tak hidup
Amilum
Butir aleuron
Kristal Ca oksalat
Kentang
x
-
-
Begonia sp.
-
-
x
Zea mays
x
-
-
Jarak
-
x
-


V.               KESIMPULAN
Didalam sel tumbuan terdapat bagian-bagian yang hidup dan tidak hidup, bagian yang hidup disebut organel, dan  bagian yang tidak hidup disebut dengan ergastik. Pada praktikum ini terlihat sel – sel yang mempunyai inti sel, sitoplasma, stomata dan dinding sel. Semuanya ini termasuk ke dalam benda hidup dalam tumbuhan.


DAFTAR  PUSTAKA

Danarti.1998. Biologi Sel. Erlangga: Bandung
Kusnadi.2007.Biologi Umum. Piranti: Jakarta
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Erlangga: Jakarta
Priyandoko.2004.Sitologi.UGM-Press: Yogyakarta
Wilkins, M. B. 1992. Fisiologi Tanaman. Bumi Angkasa: Jakarta